28 Oktober 2008
greensmasager
menurut saya dunia memerlukan perubahan yang besar
Hanya Sebulan Menikmati Musim Hujan
Bulan Juni, hujan sudah jarang bahkan tak turun lagi di negeri ini. Sementara di Jepang, awal Juni justru hujan mulai turun.
Musim hujan Jepang atau tsuyu/ baiyu senantiasa datang di awal Juni dan berakhir di bulan Juli. Tyusu/ baiyu berarti pula hujan plum. Dinamakan begitu, karena musim hujan di Jepang bersamaan dengan musim buah plum.
Saat musim hujan, hampir dipastikan sebagian besar penduduk negeri game ini dapat menikmati limpahan air yang turun dari langit. Kecuali warga pulau Hokkaido, hujan ternyata tak turun disana. Pulau di bagian utara Jepang ini hanya merasakan dampaknya saja. Yaitu suhu udara berubah menjadi lebih hangat, dan keadaan ini akan kembali stabil dalam beberapa minggu kemudian.
Berbeda dengan negara kita, musim hujan di Jepang relatif pendek kurang lebih sebulan saja. Begitu pula dengan curah hujannya tak setinggi di Indonesia. Contohnya di Tokyo, selama musim hujan berlangsung, hujan hanya turun sekitar 12 kali saja. Selebihnya matahari dan gerimis yang lebih sering muncul.
Ternyata musim hujan sedikit mempengaruhi dinamika kehidupan Jepang. Misalnya dalam dunia wisata, aktifitasnya terasa lebih lambat. Banyak atraksi yang digelar diluar ruang menyedot sedikit wisatawan. Akan tetapi, adapula tempat wisata yang justru ramai dikunjungi pada saat musim hujan. Misalnya kawasan kuil Shingon Buddha yang terletak di gunung Koya (Koyasan). Di kota kecil ini banyak berdiri kuil-kuil kecil yang sakral dan sangat indah jika dikunjungi pada malam hari. Alasan pengunjung mendatangi Koyasan saat musim hujan, karena mereka merasa lebih tenang menjalankan ibadah dan meditasi. Juga lebih nikmat menyantap aneka hidangan vegetarian yang dihidangkan pihak kuil setelah mereka beribadah atau meditasi. Tak heran bila yang datang bukan hanya masyarakat awam, melainkan juga para kerabat kekaisaran, politisi, pengusaha dan lain-lain.
Keunikan lain dari musim hujan di Jepang adalah payung. Selain melindungi diri dari hujan, payung juga menjadi bagian dari mode. Selama musim hujan, rata-rata orang Jepang baik laki-laki, perempuan, tua, muda pasti memegang payung kemana pun mereka pergi. Tak ada rasa malu menenteng payung kesana-kemari, dalam bus, kereta, gedung dan sebagainya. Yang penting bagi mereka, membawa payung buat melindungi diri sekaligus bagian dari gaya. Asyik juga ya! Bagaimana, tertarik mengikuti jejak mereka? Jangan tahan gengsi. Bukankah payung bisa untuk bergaya?
Beberapa Fakta Perempuan Jepang
Tanggal 21 April menjadi tonggak kebangkitan perempuan Indonesia. Karena pada hari itu diperingati sebagai hari Kartini. Tanpa beliau, bisa jadi nasib perempuan-perempuan Indonesia tetap terkungkung. Sekarang perempuan Indonesia sudah bebas mengekspresikan diri dalam berbagai hal. Mudah-mudahan kebebasan yang diperjuangkan Ibu Kartini itu tetap berjalan dijalurnya. Karena bagaimana pun juga, perempuan memiliki kodrat yang berbeda dibandingkan kaum Adam. Yaitu terlahir sebagai ibu dari anak-anaknya.
Di Jepang lain lagi ceritanya. Pemerintah negeri Nippon itu sempat panik karena mengalami krisis angka kelahiran. Ini berkaitan dengan banyaknya perempuan Jepang yang berusia antara 30-34 enggan menikah dan punya anak. Mereka memiliki alasan kalau melajang bukanlah hal yang tabu lagi. Mereka juga beranggapan bahwa pernikahan bisa menghambat karier. Waduh! Tapi tak semua perempuan Jepang memiliki sifat seperti itu. Ada juga diantara mereka yang siap menikah, asal pasanganya memiliki :
1. persamaan hati (terutama perasaan)
2. kepercayaan
3. cinta
4. ekonomi
Fakta lain menunjukkan, sebelum PD II, status sosial perempuan Jepang bisa dikatakan rendah. Mereka sama sekali tidak mendapat tempat di pemerintahan atau bergelut dalam masalah politik. Barulah di tahun 1946, untuk pertamakalinya laki-laki dan perempuan mendapatkan hak yang sama. Baik pendidikan, pekerjaan dan kehidupan sosial lainnya.
Yang patut dicontoh, usia perempuan Jepang termasuk paling panjang di dunia. Kebanyakan dari mereka hidup hingga usia 86 tahun. Perempuan Jepang juga termasuk yang paling langsing. Rahasianya, karena mereka makan karbohidrat kompleks, seperti sayuran, kedelai dan beras merah. Perempuan Jepang sangat membatasi asupan karbohidrat halus seperti tepung dan gula.
Pepo-Kun Membuat Polisi Tak Seram Lagi
Bagi Jepang, kartun telah menjadi budaya dan bagian hidup. Banyak aspek tak lepas dari kartun. Dunia gadget, industri besar/kecil, roda ekonomi, bahkan lembaga pemerintahan, memakai kartun sebagai sarana komunikasi bukan berupa rangkaian cerita. Keberadaannya justru diwujudkan dalam maskot atau ikon lucu. Tujuannya agar produk mudah diingat dan cepat laku.
Khusus lembaga pemerintahan, memilih maskot yang berwujud tokoh lucu bertujuan untuk lebih dekat dengan masyarakat. Contohnya, Kepolisian Metropolitan Tokyo atau Mertopolitan Police Department, memiliki maskot lucu dan imut-imut. Hasilnya? Kesan seram pada pak polisi tak ada lagi.
Nama maskot itu adalah Pepo-Kun. Tokoh menggemaskan ini bermata tajam dan berpipi montok. Konon nama Pepo-Kun berasal dari campuran kata people dan police. Benar atau salah, yang pasti Pepo-Kun adalah maskot dari lembaga pelindung masyarakat yang selama ini terkesan angker. Berkat wajah lucunya banyak tertempel pada mobil patroli, segala lapisan masyarakat menjadi dekat dengan mereka termasuk anak-anak. Karena Pepo-Kun pula, orang tak takut lagi bertamu ke markas polisi.
Tugas Pepo-Kun tak hanya sampai disitu. Lewat situs resminya, Pepo-Kun mendidik masyarakat khususnya anak-anak agar peduli pada keselamatan diri serta waspada pada berbagai tindak kriminal. Misalnya, hindari bepergian sendiri, jangan mudah percaya pada orang yang baru dikenal, atau segera menghubungi pos polisi terdekat bila tersesat, berlalu lintas yang baik dan lain-lain. Semua informasi itu disampaikan untuk menghibur. Hingga orang merasa tak perlu digurui apalagi didikte. Pepo-Kun benar-benar membantu tugas pak polisi, sekaligus menjaga citranya. Akankah POLRI memakai maskot lucu untuk membenahi citra anggotanya di mata masyarakat? Semoga saja.
Tahun ajaran Baru Jepang
Bila tahun ajaran baru Indonesia dimulai pada pertengahan tahun, dunia pendidikan Jepang mengawalinya di bulan April. Ini lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, termasuk Amerika. Mengapa?
Bulan April adalah bulan dambaan masyarakat Jepang. Karena musim semi jatuh di bulan keempat ini. Bagi masyarakat Jepang, musim semi yang ditandai dengan mekarnya Sakura, merupakan permulaan kehidupan. Termasuk mengawali kehidupan dunia pendidikan. Saat sekolah dimulai, para pelajar terutama anak-anak sangat bersemangat pergi ke sekolah. Apalagi bunga Sakura menemani mereka di sepanjang perjalanan. Begitu tiba dihalaman sekolah, rangkaian kelopak-kelopak Sakura juga menyambutnya. Sakura memberi semangat pada anak didik negeri Nippon. Mereka benar-benar mendapat spirit dari Sakura. Sementara para orang tua murid juga tak mau ketinggalan. Mereka meluangkan waktu, menemani anaknya pergi ke sekolah dihari pertama. Para wali murid itu mengambil gambar sang buah hati di bawah pohon sakura, sungguh momen yang indah. Inilah alasan mengapa tahun ajaran baru Jepang ditetapkan pada bulan April.
Selain semangat Sakura, tahun ajaran baru Jepang dimulai dengan upacara khusus. Ritual ini diikuti pelajar baru dan lama. Upacara itu bertujuan untuk beramah tamah, dan memberi rasa nyaman kepada murid baru agar bersemangat menimba ilmu di sekolah itu. Para pelajar baru diberi masukan tentang sekolah mereka. Sedangkan pelajar lama diwajibkan menyambut adik kelasnya dan menjadi senior yang layak dicontoh oleh mereka. Uniknya, upacara ini berlangsung di gedung olahraga. Pelajar lama bersama orang tua masing-masing duduk di barisan kursi depan. Mereka memberi tepuk tangan meriah kepada barisan pelajar baru yang masuk ke dalam ruangan itu. Sebagai penutup upacara, pelajar senior menyanyikan lagu wajib sekolah tersebut. Lalu, pelajar baru resmi dipersilahkan masuk ke dalam kelas masing-masing dipandu wali kelas. Semua murid mendapat buku panduan sekolah, dan wajib memahami tata tertib serta peringatan yang tertera di tiap-tiap kelas. Dengan begitu semangat tahun ajaran baru Jepang resmi dimulai. Banzai!
Di Balik Nama Khas Jepang
Apalah arti sebuah nama, itu kata pepatah. Kenyataannya, mencari dan merangkai nama bukan perkara mudah. Banyak orang harus berfikir lama untuk menentukan nama terbaik bagi anaknya. Sebab, nama tak hanya label seumur hidup, tapi juga sebuah do’a dan harapan. Berbicara nama, orang Indonesia di berbagai daerah kini menamai anaknya dengan nama yang lebih global. Misalnya Karina, Yulia, Rico, dll. Sementara nama-nama yang mencerminkan kedaerahan mulai menipis. Inilah konsekuensi dari globalisasi teknologi.
Melongok Jepang, negara maju itu memiliki Koseki, yakni aturan khusus dalam pemberian nama. Pemerintah mewajibkan penduduknya memberi nama pada si anak terdiri dari dua kata, tak boleh lebih dan harus tertulis dalam huruf kanji. Hingga kini, tercatat lebih dari 240.000 jenis nama yang berbeda tapi khas Jepang. Dari ratusan ribu nama itu, ada sepuluh nama terpopuler dan paling banyak dipakai. Terdiri dari Sato, Suzuki, Takahashi, Tanaka, Watanabe, Ito, Yamamoto, Nakamura, Kobayashi, dan Kato. Khusus Sato mendominasi 2 persen. Dari campur tangan pemerintah dalam menerapkan Koseki, hasilnya Jepang kini diakui sebagai negara yang memiliki nama asli terbesar di dunia.
Nama orang Jepang memang simpel dan mudah dibaca, tapi bermakna dalam. Sebut saja Takahashi yang berarti tangga penghubung bumi dan surga. Nama ini mencerminkan sesuatu yang suci. Harapannya si empunya nama senantiasa berhati-hati dalam hidupnya. Tanaka berarti pusat dari ladang padi. Watanabe berarti tepian sungai dengah perahu. Biasanya nama Jepang dekat dengan topografi, tempat, arah, tokoh sejarah serta pekerjaan atau profesi. Namun ada juga nama yang dibaca secara Fuji atau Tou, misalnya Katou. Konon orang yang memakai itu termasuk keluarga Fujiwara. Sebuah keluarga besar yang menjadi pusat perhatian masyarakat kelas atas pada periode Heian (abad 8) dan periode Edo.
Kelihatannya tak salah jika kita belajar dari sistem pemberian nama ala Jepang. Ada sisi positif yang harus dilihat. Meski mereka adalah penduduk negara maju, kenyataannya mereka rela mengikuti peraturan pemerintah demi mempertahankan nama asli Jepang. Para orang tua di sana bebas berkreasi tapi tetap menunjukkan jati diri bangsa. Semuanya dilakukan berdasarkan aturan yang termaktub dalam Koseki. Kalaupun ada nama yang mirip bule, itu hanya julukan, bukan nama asli. Nama-nama Jepang senatiasa terdiri dari dua kata yang mudah dan gampang diingat. Bila sudah begini, dipastikan nama asli Jepang bakal kekal sampai akhir zaman. Kapan kita menyusul, mempertahankan nama khas Indonesia?
Mengusir Setan Dengan Kacang Kedelai
Kedelai mahal berlaku di negeri kita. Di Jepang, kedelai justru di buang-buang. Lho kok? Inilah fakta yang terjadi.
Di pekan pertama Februari 2008, masyarakat Jepang beramai-ramai membuang dan melemparkan kacang kedelai untuk mengusir roh jahat. Tradisi ini menjadi bagian dari perayaan Setsubun (hari pertama musim semi). Setsubun no hi bukan kebudayaan asli Jepang, melainkan diadopsi dari Cina. Meski tertular dari negeri tetangga, ternyata masyarakat negeri Matahari terbit antusias merayakannya. Begitu masuk bulan Februari, supermarket dan toko-toko sibuk memajang dagangan berupa kacang keberuntungan (Fukumame) dalam kemasan menarik, juga Oni atau topeng berwajah seram. Dua jenis benda ini berkaitan erat dalam perayaan Setsubun. Ketika acara berlangsung, seorang laki-laki yang dituakan mengenakan Oni di wajahnya dan siap untuk berlari keluar rumah atau gedung. Sedangkan anggota keluarga lainnya akan mengejar Oni hingga keluar pintu sembari melemparinya dengan kacang kedelai yang sudah dipanggang di oven. Tak lupa mereka mengucapkan oni wa soto, fuku wa uchi, yang berarti “pergilah setan, datanglah kebaikan!” Usai kejar-kejaran dan lempar-lemparan, acara dilanjutkan dengan makan kacang kedelai yang jumlahnya disesuaikan dengan umur. Orang Jepang percaya jika ritual ini bisa mendatangkan kesehatan dan keberuntungan.
Sebenarnya pelaksanaan ritual Setsubun memiliki peraturan tertentu seperti arah yang tepat saat melempar kacang atau keluarnya Oni dari pintu. Seiring bergulirnya waktu, ritual Setsubun kini lebih bermakna sebagai hiburan. Salah satu contohnya adalah kuil besar yang mengadakan acara melempar kacang bersama atlet dan orang terkenal. Ada pula kuil Buddha dan Shinto yang bekerjasama dengan sekolah TK atau tempat penitipan anak mengadakan upacara melempar kacang bersama chigo (anak-anak kecil yang dirias) dan miko (pelayan wanita). Biasanya anak-anak kecil begitu menikmati ritual ini, apalagi jenis kacang yang digunakan sangat enak dilidah karena terbalut gula warna warni alias tak murni rasa kedelai lagi.
Buat kita, pasti berat jika harus melempar-lempar kedelai untuk mengusir setan. Bagaimana tidak, dimakan saja mahal apalagi dilempar-lemparkan! Kedelai…kedelai…
Ragam Permainan Anak Jepang Datang ke Indonesia
Dunia anak adalah dunia bermain, ini berlaku bagi anak-anak di seluruh penjuru dunia. Bila tidak, maka masa kecil dianggap kurang bahagia. Ngomong-ngomong soal permainan, tentu banyak macamnya. Indonesia yang kaya suku bangsa sudah pasti memiliki ribuan jenis permainan tradisional. Bagaimana dengan Jepang? Ternyata negeri kecil ini pun memiliki beragam permainan unik. Kita tak perlu jauh-jauh datang ke Jepang agar bisa melihatnya sebab Pusat Kebudayaan Jepang di Indonesia memberi kita kesempatan untuk melihat aneka permainan itu dari dekat. The Japan Foundation menggelar pameran Mainan Jepang Tradisional dan Kontemporer. Pameran ini menampilkan berbagai bentuk mainan yang dimainkan oleh segala lapisan masyarakat Jepang dari masa ke masa. Orang Jepang menganggap permainan anak-anak tidak hanya berfungsi untuk menghibur, tapi juga menjadi bagian dari proses pembelajaran anak-anak dalam mengenali dunianya. Karena itu semua jenis permainan menampilkan berbagai elemen kebudayaan yang khas dalam masyarakat yang bersangkutan. Pameran ini berlangsung di Aula the Japan Foundation, Jakarta sejak 11 Januari lalu dan berakhir 28 Januari mendatang. Sebanyak 84 jenis mainan dipajang, mulai dari Boneka Kertas, Baling-baling Bambu, Daruma Dolls sampai Hello Kity. Masing-masing alat permainan memiliki karakter yang kuat. Sebut saja Boneka Kertas yang dibuat dari kertas Washi, mencerminkan semangat pantang menyerah yang dimiliki bangsa Jepang. Bagaimana dengan permainan lainnya? Daripada penasaran, datang saja ke Pusat Kebudayaan Jepang - The Japan Foundation, di Gedung Summitmas I lantai 2, Jalan Jenderal.Sudirman kav. 61-62 Jakarta. Masyarakat Medan juga bisa menyaksikan pameran ini, tepatnya di Universitas Sumatera Utara pada tanggal 12-16 Februari 2008 mendatang.
rend Baru Orang Jepang, Menyantap White Food
Meski orang Jepang dikenal patuh mengkonsumsi makanan khas negaranya, ternyata masakan Eropa mampu meluluhkan prinsip mereka. Buktinya, musim semi tahun ini, gelombang masakan Eropa menyentuh lidah orang Jepang. Fish burger, jamur, sup krim dan teh instan menjadi makanan yang sangat popular dikalangan masyarakat. Layaknya kita, orang Jepang sekarang sudah biasa dengan warna warni makanan Eropa. Jika tak membeli, mereka biasanya memasak sendiri di rumah. Fenomena ini biasa terjadi di dunia kuliner. Mencicipi atau menikmati kuliner negara lain bisa dijadikan lambang tingkat kemoderenan seseorang.
Pengaruh masakan Eropa di Jepang jelas terlihat di Hokkaido. Setiap hari banyak orang Hokkaido makan direstoran bule. Menu favoritnya adalah White Curry. Tak seperti namanya, White Curry berwarna kuning karena terbuat dari susu murni berbumbu kunyit dan rempah-rempah. White Curry biasanya disantap bersama saffron rice, serta beberapa makanan Eropa lain seperti roti atau kentang. Bukan hanya makanan Eropa yang tengah popular di Jepang, begitu pula dengan minuman. Sebelumnya, orang Jepang sangat mengutamakan kesegaran daun teh. Ternyata kebiasaan itu tergeser oleh kehadiran White tea. Sebuah perusahaan bernama Otsuka Beverage Co. memasarkan teh instant yang dikemas dalam botol. Teh itu biasa disebut Paicha, warnanya putih karena , terbuat dari daun teh yang sudah difermentasi. Rasanya tak jauh beda dengan air teh yang dibuat dari bubuk teh.
Selain White Curry dan White tea, White burger juga tengah mewabah di Jepang. White burger terdiri dari roti, fish fillet dan salad bersaos putih. Varian baru biasanya muncul pada saat tertentu. Masih ada menu bertema "White" lainnya, yaitu white bunashimeji dan maitake mushrooms. Hidangan begitu diminati orang Jepang karena rendah kalori menyehatkan.
akta Di Balik Fashion Jepang
Berikut beberapa fakta dibalik uniknya fashion orang-orang Jepang. Siapa tahu bisa dijadikan sumber inspirasi
Musim Dingin
Perempuan muda Jepang betah dingin. Saat winter bersuhu dibawah 5 derajat Celcius, rata-rata dari mereka bepergian tanpa mengenakan busana musim dingin. Mereka lebih comfort berjaket / sweater tipis, rok super mini, sepatu boots setinggi betis, serta syal tergelantung dileher ala kadarnya. Sarung tangan? Bisa dihitung berapa banyak yang memakai. Kalau pun ada itu pasti pendatang dan kaum manula. Musim dingin, bagi perempuan muda Jepang bakal terlihat aneh jika memakai mantel lengkap dengan topi, penutup kuping plus sarung tangan. Amazing!
Satu lagi, meski penampilan menjadi prioritas utama, orang-orang Jepang tak malu menenteng payung kemana-mana. Apalagi kalau hujan lagi gencar-gencarnya. Payung wajib dibawa. Tua, muda, laki-laki, perempuan, tidak malu menenteng payung. Ya, boleh jadi karena di Jepang tidak ada orang atau anak-anak yang menyewakan payung lazimnya di Indonesia.
Hangin’ Out
Boleh dibilang, menumpuk baju di atas baju menjadi kebutuhan utama remaja Jepang. Stocking panjang, celana pendek, rok super mini, singlet bergambar, jaket berpotongan nyeleneh dipadu padankan dengan sepatu nyentrik dan berbagai aksesoris menarik. Tak ketinggalan dandan ala pelayan juga jadi kebiasaan. Pemandangan ini terlihat nyata di sepanjang Harajuku-Aoyama, karena di situlah pusatnya.
Sepatu
Boots setinggi betis, berujung runcing plus hak minimal 7 cm, itulah yang disukai cewek-cewek Jepang. Tidak peduli apapun musimnya dan kemana perginya, boots selalu menghiasi kaki-kaki putih mereka. Termasuk ketika sedang berjalan jauh, naik turun tangga, dan berdiri lama dikereta. Para perempuan itu tidak terlihat pegal, justru tetap terlihat lincah dan nyaman. Waduh!
Rambut dan Make Up
Soal rambut jangan ditanya. Model shaggy alias berantakan sana sini, dan model rambut ala anime adalah model paling digemari di Jepang. Bagaimana dengan warna? Mempertahankan warna rambut asli malah dianggap aneh. Biar terkesan trendi, baik laki-laki maupun perempuan wajib merubah warna hitam ke warna lain. Bisa merah, blonde, cokelat, emas, brunette, kuning, hijau, terserah selera. Yang penting berubah. Begitu pula dengan alis. Kaum muda Jepang hobi membentuk dan membingkai alis. Don’t be negative thinking bila berhadapan dengan laki-laki Jepang yang alisnya terbingkai indah. Ini sudah menjadi bagian dari fashion
Makan Tak Sekedar Mengisi Perut Lapar
Oishiiii sooo…(ehm kayaknya enak…) Rata-rata orang Jepang begitu gembira meneriakkan kalimat ini menjelang makan. Apa sebabnya? Di meja telah tersaji hidangan dalam porsi sedikit-sedikit namun beragam dan tertata indah, penuh paduan warna yang menggugah selera. Orange, cokelat, hijau dan putih tampil bersama. Sungguh memikat. Jika sudah begini siapa yang tak tergoda. Nasinya? Muncul belakangan pas perut sudah kenyang. Jadi asupan karbohidrat tak mendominasi perut.
Makan bagi orng Jepang bukan sekedar mengisi perut atau mengusir rasa lapar. Mereka beranggapan makan itu kunci dari segala aktifitas. Jadi ibu-ibu rumah tangga di sana dengan sadar selalu menyiapkan hidangan berkualitas bagi anggota keluarganya. Tak sekedar memasak, ibu RT di Jepang harus kreatif, misalnya mereka yang memiliki anak tak gemar sayuran. Didorong rasa tanggung jawab yang tinggi, mereka rela berlama-lama di dapur memotong sayuran hingga menyerupai binatang atau boneka. Mereka juga harus memasak tiga kali sehari sesuai jadwal makan pagi, siang dan malam. Wajar karena bangsa Jepang terbiasa menyantap menu makanan yang berbeda dan fresh. Semua dilakukan demi kualitas anggota keluarganya. Pantas saja, kalau ibu-ibu di sana senantiasa sibuk dan menganggap kalau ibu rumah tangga adalah profesi mulia.
Agar lebih jelas, berikut beberapa jenis masakan yang biasa disajikan ibu-ibu RT Jepang berdasarkan aspek memasak dan menyiapkannya. Semoga menjadi insiprasi.
- Shirumonolowanmono = jenis hidangan berkuah/sup
- Aemono = salad+saus
- Namamono = makanan mentah, bisa sayur atau ikan yang dimakan dengan bumbu
- Yakimono = makanan dipanggang
- Nimono = makanan ditim
- Agemono = makanan digoreng berlapis tepung
- Mushimono = makanan dikukus
- Sunomono = makanan bercuka
- Nerimono = pasta padat atau kenyal seperti bakso
- Menrui = jenis mie (soba, udon, ramen, somen)
- Nabemono = makanan berkuah banyak yang dimasak dalam periuk,dan dihidangkan panas
- Koumono = acar
- Gohanmono = nasi atau berbagai hidangan dari nasi
- Donburimono = semangkuk nasi + lauk-pauk di atasnya
Kansai, Gerbang Sejarah Dan Budaya Jepang
Abad ke-6, Kansai berperan utama dalam hubungan diplomatik antara Asuka (Nara), Naniwa (Osaka), dan Naniwazu (sekarang pelabuhan Osaka), dengan dinasti Sui dan Tang dari China. Saat pengaruh politik China dan Korea masuk ke Jepang, dan ketika budaya barat merambah negeri sakura. Kansai menjadi pintu gerbangnya. Peran itu menanggalkan sejarah indah yang mempengaruhi kehidupan Kansai sekarang.
Kansai Prefecture membawahi sembilan kota yaitu Fukui, Mie, Shiga, Kyoto, Osaka, Hyogo, Nara, Wakayama, dan Tokushima. Kota-kota itu tersebar di sekitar Laut Jepang, Samudera Pasifik, Laut Pulau Seto, Danau Biwa serta Gunung Kii. Kondisi datarannya sungguh mengagumkan. Gugusan pantai berkarang dan berbatu indah terletak di bagian utara, pegunungan di sisi selatan, dan di bagian tengah terdapat Danau Biwa yang luas. Topografi ini membuat Kansai sangat kaya hasil alam.
Keindahan alam Kansai menyedot perhatian dari dulu hingga sekarang. Tak heran bila di masa lampau, Kansai merupakan nadi industri dan ekonomi Jepang. Pada masa periode Edo, wilayah Kansai (Osaka) dijuluki sebagai Tenka no Daidokoro atau gudang negara. Osaka juga berusaha keras dan bersemangat dalam mengolah ekonomi yang berbasis chonin bunka (culture of the townspeople). Semangat ini merambah ke daerah lain dan berlaku hingga kini. Terbukti, keadaan ekonomi di beberapa wilayah Jepang sangat baik.
Kansai terlalu luas untuk disusuri. Sembilan kota indah yang tergabung dalam Kansai prefecture masing-masing memiliki kelebihan. Bila ditarik benang merahnya, semua kota itu mengutamakan masalah lingkungan. Setiap sudut Kansai nyaman dihuni. Keadaan ini sangat bertolak belakang dengan puluhan tahun silam. Tahun 1950 – 1970, saat ekonomi Kansai berkembang pesat, ternyata berdampak fatal pada lingkungan. Diantaranya air Danau Biwa tercemar, sementara polusi udara parah terjadi di Yokkaichi, Mie. Barulah di tahun 1997, setelah Conference of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change (COP3) ketiga di Kyoto, masyarakat Kansai berhasil mengatasi masalah itu. Bahkan Kansai menjadi wilayah yang begitu aktif menangani masalah pemanasan global, serta permasalahan lingkungan lainnya.
Dari segi budaya, sudah lebih dari 13 abad lamanya. 3 wilayah Kansai (Osaka, Nara, Kyoto) memegang tampuk politik nasional. Sekaligus sukses mempertemukan berbagai budaya Asia Timur lewat jalan sutera. Di ketiga kota ini, banyak kuil tua dan patung Buddha mengadopsi teknik bangunan dari negara-negara di Asia. Kansai juga dikenal sebagai pondasi budaya tradisonal Jepang. Pertunjukan Noh, Bunraku, Kabuki dan upacara minum teh berada di Kansai. Tak hanya itu, harta karun dan ragam budaya milik Jepang tersebar di penjuru Kansai. Lebih dari 60 persen peninggalan kuno, separuhnya merupakan aset penting tersimpan di Kansai. Sebagai bukti, kuil Horyuji di Nara, adalah bangunan tertua peninggalan Pangeran Shotoku yang berdiri di tahun 607 M. Adapula kuil Toji (Kyo-oh-gokokuji), dibangun pada akhir abad ke-8 sebagai tempat pendeta Kukai (Kobo Daishi). Bangunan ini berupa pagoda kayu setinggi 57 meter, sekaligus menjadi simbol kota Kansai.
Masih banyak tempat bersejarah lainnya yang tersebar di Kansai. Siapa saja yang ingin menelusuri Japanese culture, silahkan mengitari kawasan Kansai. Maka informasi tentang sejarah dan budaya Jepang akan terjawab lengkap.
Bila peninggalan sejarah dan budaya begitu terjaga, bagaimanakah dengan budaya modern? Jawabannya terwakili oleh Umeda-Kita yang terletak di utara stasiun JR Osaka. Lapangan seluas 24 hektar ini diresmikan pemerintah Jepang bulan April 2004, sebagai pusat kehidupan robot. Robot adalah bagian dari kebudayaan modern kebanggaan Jepang. Segala jenis robot terwujud di Umeda-Kita Yard.
Kansai begitu menakjubkan. Menjelajahi Kansai, dua dimensi kehidupan serasa menjadi satu. Banyaknya bangunan tua serta pertunjukan budaya tradisional, mengantarkan kita pada kehidupan Jepang di masa silam. Sedangkan kehidupan futuristik nyata terlihat dari kemegahan industri dan keberadaan pusat kehidupan robot. That is Kansai! Sebenarnya masih banyak hal belum terungkap. Kelak kesembilan kota yang tergabung dalam Kansai prefecture kita jelajahi satu persatu.
Kyoto, Terindah Untuk Hanami
Bila Sakura menampakkan kelopaknya, musim dingin telah berakhir. Ini artinya, kehidupan baru telah dimulai.
Mekarnya Sakura sangat berdampak pada kehidupan masyarakat Jepang. Sakura adalah semangat hidup mereka. Maka jangan heran, bila segala lini kehidupan dimulai bersama mekarnya Sakura. Tahun ajaran baru, laporan perusahaan tahunan dan kegiatan pemerintahan, semua jatuh pada bulan April. Pesona Sakura telah diagungkan sejak jaman kuno, tepatnya semenjak para aristrokat menulis puisi dan syair lagu dibawah naungan Sakura. Masyarakat Jepang begitu mengagungkan Sakura. Kenapa? Karena kelopak Sakura menggambarkan sosok orang yang sempurna, jujur dan sederhana.
Merekahnya Sakura pun melahirkan tradisi Hana-mi (pesta melihat-lihat bunga). Puncak Hana-mi jatuh pada April pekan kedua. Sejak pagi banyak orang membawa bekal dan alas duduk. Mereka berbondong-bondong pergi ke taman berebut mencari tempat, tepat dibawah pohon Sakura. Hana-mi dilakukan beramai-ramai bersama keluarga, kolega dan juga teman. Malam harinya, orang-orang merayakannya dengan minum bir, sake dan karaoke. Semua dilakukan untuk mendapat kegembiraan. Di seluruh Jepang, hampir bisa dipastikan, banyak area tak lepas dari keindahan Sakura. Taman, halaman kuil , dan tepian jalan penuh kelopak Sakura. Tempat-tempat inilah yang lazim untuk Hana-mi.
Dari sekian banyak tempat yang pas untuk Hana-mi, Kyoto paling diminati. Maklum di sana banyak obyek wisata kuno. Sejak tahun 794 hingga 1868, Kyoto adalah pusat kediaman kekaisaran Jepang. Jadi wajar bila beberapa obyek wisata terdiri dari bangunan kuno berhias pohon Sakura. Diantaranya Arashiyama, yang mudah dikenali karena identik dengan jembatan kayu Togetsuko (kini sebagian beton), berlatar belakang hutan dan gunung Arashiyama. Ketika April, tempat ini menjadi obyek wisata tersibuk. Semua wisatawan dari dalam dan luar Jepang tak ingin melewatkan Hana-mi di sini. Mereka menyebar diberbagai sudut. Sebut saja kuil Tenryuji (kuil utama dari aliran Zen), kafe, dan restoran yang berada disekeliling jembatan Togetsukyo dan stasiun Keifuku Arashiyama.
Selain Arashiyama, pesona Sakura bisa dinikmati di kawasan candi terlengkap Daigoji. Tepatnya ada di selatan Kyoto. Struktur bangunan Daigoji masih asli, karena itulah, Daigoji dinobatkan sebagai cagar budaya dunia. Di kawasan ini ada bangunan kayu yang berdiri sejak tahun 1115, sebagai kediaman pendeta besar Daigoji. Saking luasnya, bangunan kayu itu memiliki taman khas Jepang. Taman ini dibuat untuk merayakan Hana-mi Toyomi Hideyoshi pada tahun 1598. Hingga kini banyak wisatawan enggan melewatkan Hana-mi di taman ini.
Kuil Heian juga menawarkan pesona Sakura. Kuil Heian dibangun tahun 1895 sebagai bentuk peringatan 1100 tahun pemerintahan Heian. Sekaligus untuk menghormati kaisar Kammu dan Komei, yaitu kaisar pertama dan terakhir dari Kyoto. Sebagian bangunan ternyata sudah mengalami pemugaran dan berupa replika. Namun, taman Sakuranya tetap mencuri perhatian pengunjung. Saking banyaknya yang ingin Hana-mi disini, pengunjung dianjurkan memesan tempat terlebih dahulu. Gratis lo!
Spot terakhir adalah Maruyama Koen. Tentu saja masih di seputar Kyoto. Maruyama Koen adalah taman umum yang berada di depan kuil Yasaka, tepatnya di distrik Higashiyama. Pada pekan pertama dan kedua April, kawasan ini bisa dipastikan penuh dengan keharuman yang menebar dari kelopak Sakura. Dari sekian tempat asyik di Kyoto, area ini menjadi favorit. Terutama bagi anak-anak muda. Maruyama Koen memiliki Shidarezakura atau tangisan pohon Sakura. Ini adalah pusat taman. Saat Hana-mi tiba, bagian taman ini ramai hingga malam hari.
Taman Fukiage, Istana Resmi Ribuan Tumbuhan Dan Serangga
Istana dihuni keluarga raja? Itu sudah biasa. Istana menjadi kediaman presiden? Tak asing bagi banyak orang. Tapi kalau istana menjadi tempat tinggal ribuan tumbuhan dan serangga. Tentu menakjubkan. Apalagi lokasi istananya berada di pusat megapolitan. Ini wajib diketahui.
Divisi rumah tangga Kekaisaran Jepang, sejak 4 Mei 2007 lalu resmi membuka salah satu bagian istana bernama taman Fukiage untuk umum. Dalam keseharian taman Fukiage adalah halaman dari kediaman resmi Kaisar Akihito dan Ratu Michiko. Sekaligus menjadi tempat penyelenggaraan acara-acara resmi kekaisaran. Melihat keberadaannya, sudah tentu tak sembarang orang bisa masuk kesini. Hanya tamu-tamu penting negara saja yang bisa menjamahnya. Selama 70 tahun, taman ini tak pernah tersentuh oleh tangan-tangan asing, keculi keluarga kerajaan dan tamu resmi negara.
Secara resmi Kaisar Akihito dan Ratu Michiko membuka taman Fukiage sebagai kawasan observasi alam umum. Pada saat pembukaan, Kaisar dan Ratu berjalan kaki sepanjang satu kilometer bersama dengan 100 orang yang beruntung mendapat kesempatan langka tersebut. Sehari kemudian, giliran 202 dari 43.000 pelajar SD yang mengelilingi taman eksotis itu. Alasan dibukanya taman Fukiage sebagai kawasan observasi umum karena memiliki kekayaan alam yang luar bisa. Di dalam taman seluas 25 hektar ini, hidup sekitar 5000 jenis flora dan fauna. Diantaranya 3000 jenis serangga yang 10 persennya adalah serangga asli Jepang. Seperti kupu-kupu Aonyama atau Aeschnophlebia longistigma Selys.
Selain berada di kawasan kediaman Kaisar Akihito dan Ratu Michiko, taman Fukiage menyatu dengan Istana Fukiage Omiya. Sebuah rumah terakhir dari Kaisar Hirohito dan Ratu Nagano, atau sekarang lebih populer dengan nama Kaisar Showa dan Ratu Kojun. Kaisar Showa lah yang memiliki ide untuk memelihara ribuan tumbuhan dan serangga di taman Fukiage. Makanya selama 70 tahun, taman ini tertutup untuk umum, dan khusus dipersiapkan sebagai tempat penelitian, seperti keinginan Kaisar Showa.
4 Mei 2007, impian Kaisar Showa terwujud, taman Fukiage resmi dibuka bagi mereka yang berminat mempelajari kehidupan flora dan fauna. Baik anggota istana maupun masyarakat awam kini bebas mengunjunginya.
Sejenak menegok ke belakang, komplek istana kekaisaran Jepang berada di pusat Tokyo sejak periode Edo. Dari dulu istana dikelilingi oleh tembok batu dan taman yang sangat luas. Dalam setahun, rakyat Jepang hanya memiliki kesempatan dua kali mengunjungi istana. Yakni pada tanggal 2 Januari untuk mengucapkan tahun baru, dan 23 Desember untuk memberi ucapan selamat ulang tahun pada Kaisar. Lokasi istana mudah dicari. Dari stasiun Tokyo bisa dicapai dengan berjalan kaki. Meski pada saat PD II, bangunan megah itu sempat hancur, tak nampak sedikit pun petunjuk kalau pernah lantak.
Sulitnya memasuki kawasan istana bisa diobati dari Kokyo Gaien, sebuah plaza terbesar yang berada di depan istana kekaisaran. Dari sini siapa pun bebas melihat beberapa spot indah istana. Diantaranya melihat Nijubashi, dua jembatan besar penghubung istana dengan dunia luar. Juga jembatan batu Meganebashi (Eyeglass Bridge). Namun cara itu kini boleh ditinggalkan. Sebab taman Fukiage siap menjembatani kita dengan dunia istana. Berkat taman Fukiage, menikmati keindahan istana tak sulit lagi. Sembari menyaksikan aneka flora dan fauna di tengah hiruknya Tokyo, pengunjung juga bisa merasakan kentalnya kehidupan hirarki khas negeri matahari terbit.
uno Dan Modern Menyatu Di Nagoya
Konon, di kota ini bersemayam Amaterasu (dewa matahari) dan pedang keramat Kaisar. Adapula yang mengatakan kota ini adalah daratan Nobi, satu dari tiga cabang daratan raksasa Honshu. Penasaran? Mari kita telusuri.
Penduduknya tak lebih dari 2.5 juta jiwa dan luas areanya sekitar 269 km2. Kota ini menjadi kota terbesar keempat di Jepang. Sekaligus sebagai markas Toyota. Itulah Nagoya. Sebuah kota kecil yang menawarkan beragam obyek wisata kuno dan modern.
Nagoya memang unik. Berpelesir di Nagoya sungguh menantang. Bagaimana tidak, Nagoya yang kecil ternyata melelahkan. Agar tak membingungkan, perjalanan bisa dimulai dari jantung Nagoya, yaitu JR Central Tower. Sebuah bangunan ramping dan megah berdiri kokoh diatas stasiun Nagoya. Gedung setinggi 245 meter itu berupa tower. Didalamnya penuh dengan perkantoran, hotel, mal dan pusat perbelanjaan ternama. Sementara di puncak tower terdapat observation deck, dilengkapi kafe, bar, salon kecantikan dan spa. Siapapun pasti betah berlama-lama di sini. Bagaimana tidak? Sembari minum atau mempercantik diri, mereka bebas menatap seluruh sudut Nagoya. Maka tak heran, menapaki JR Central Tower adalah impian semua orang, terutama penduduk lokal.
Dari JR Central Tower kita bisa berjalan kaki menuju arah utara stasiun Nagoya. Setelah 20 menit tibalah kita di Toyota Techno Museum. Dengan tiket seharga 500 Yen, pengunjung bisa melihat perjalanan industri Toyota. Mulai dari asal pabrik Toyota, yang dulunya berupa pabrik kain, hingga menjelma sebagai pabrik mobil. Agar tak kecewa, jangan datang dihari Senin karena tutup. Museum buka dari Selasa hingga Minggu, mulai jam setengah sepuluh pagi sampai jam lima sore. Jika sudah puas berada di Toyota Techno Museum, lengkapi wisata otomotif kamu ke Toyota Automobile Museum. Letaknya berada di stasiun Geidaidori (45 menit dari pusat Nagoya). Di Toyota Automobile Museum sungguh menakjubkan. Puluhan mobil kuno buatan Jepang, Eropa dan Amerika produksi tahun 1800-an hingga 1960-an berjajar rapi. Sayangnya, untuk menikmati pemandangan langka itu, pengunjung harus merogoh kantong cukup dalam, yakni sebesar 1000 Yen. Namun, mahalnya tiket sepadan dengan kepuasan yang didapat.
Masih kurang puas menyelami dunia otomotif, terutama Toyota? Datang saja ke ke Toyota Kaikan Exhibition Hall di timur Nagoya. Untuk sampai di sana, kita harus naik Tsurumai Subway ke stasiun Toyota-shi selama 50 menit. Lalu, perjalanan dilanjutkan dengan bis selama 15 menit. The Toyota Kaikan Hall, memamerkan aneka model terbaru Toyota beserta segala kecanggihan teknologinya. Tempat ini juga berfungsi sebagai pusat informasi Toyota. Bagi turis disediakan tour gratis keliling area pabrik selama dua jam. Tour ini dipandu guide berbahasa Inggris dan Jepang. Syarat ikut tour, kita harus mendaftar dulu dua minggu sebelum hari kunjungan.
Nagoya tak hanya menawarkan wisata modern. Beragam obyek wisata sejarah menarik dikunjungi. Diantaranya adalah kuil Atsuka, sebuah kuil utama aliran Shinto. Konon, di Atsuka bersemayam Amaterasu atau Dewa Matahari. Juga tersimpan satu dari 3 tanda kebesaran kaisar, yaitu pedang keramat. Pada periode Meiji, kuil Atsuka mengalami sentuhan gaya Shinmeizukuri. Di kaki Atsuka, terdapat restoran kecil yang menjual mie Kishimen, yaitu mie khas Nagoya yang lezat.
Dari kuil Atsuka, obyek wisata selanjutnya adalah kuil Osu Kannon. Kuil ini sangat populer di Nagoya. Dulunya Osu Kannon berada kawasan prefektur Gifu, pada tahun 1612, Tokugawa lesayu merubah lokasi kuil. Mengunjungi Osu Kannon, paling tepat pada tanggal 18 dan 28. Karena ada bazaar dan pasar dadakan yang berada di bagian bawah kuil. Pada hari-hari biasa, pengunjung juga bisa belanja. Sebab di sekitar kuil terdapat area belanja aneka souvernir dan segala pernak-pernik khas Jepang.
Satu lagi bangunan bersejarah milik Nagoya, bernama Kastil Nagoya. Kastil ini dibangun pada masa pemerintahan Edo. Dan menjadi satu dari tiga bangunan Tokugama yang disebut Owari. Karena itu tak salah bila kastil megah ini menjadi aset penting kebanggaan Nagoya. Meski pada tahun 1945 sempat lantak, akibat serangan udara. Sekarang tak ada lagi tanda yang menunjukkan jika dulunya pernah rusak parah. Di area ini juga terdapat museum yang menyimpan aneka benda bersejarah dari periode Edo. Diantaranya beragam kostum, baju baja, pedang, perlengkapan minum teh, serta karya seni tulis berupa sajak, surat dan peta. Pemandangan museum makin lengkap, berkat taman umum yang dibuka tahun 2004.
Sebagai penutup perjalanan panjang di Nagoya, singgahlah ke Noritake. Sebuah pusat industri keramik terbaik Jepang sejak 100 tahun lalu. Noritake memiliki beberapa gedung penting. Yaitu Craft Center, sebuah gedung yang menunjukkan proses pembuatan gerabah dari porselen. Sekaligus memberi kesempatan kepada pengunjung untuk berkarya sendiri.
Berikutnya museum yang memajang karya seni gerabah bernilai tinggi dari awal tahun 1900-an. Termasuk aneka vas, guci dan peralatan makan. Terakhir adalah gedung Celabo. Di gedung ini terpajang beragam produk keramik masa kini, baik yang dibuat tangan maupun hasil industri, lengkap peralatan elektronik dan produk teknologi Noritake lainnya. Lengkapi wisata dengan menyempatkan diri belanja serta makan-makan di taman Noritake.
Ehm….itulah Nagoya, kota kecil nan unik. Mengunjungi Nagoya sungguh melelahkan sekaligus mengasyikkan. Masa lampau dan kini menyatu, meninggalkan kenangan yang tak terlupakan.
esona ODAIBA, Daratan Buatan Manusia
Beberapa ratus tahun silam, tepatnya di akhir periode Edo sebuah kawasan laut dangkal sengaja ditimbun untuk membentengi Jepang dari serangan musuh laut. Di Era 1980-an, pemerintah Jepang kembali membangun daratan buatan itu untuk dijadikan kawasan bisnis masa depan. Meski pembangunan sempat tersendat akibat krisis ekonomi global di awal 1990-an. Beberapa bulan kemudian, daratan buatan ini telah menjelma sebagai pusat bisnis, wisata serta hiburan modern. ODAIBA nama kawasan itu, berada di Minato-ku sekitar pelabuhan Tokyo. Meski berupa daratan buatan, Odaiba menawarkan berbagai keindahan. Modernisasi Jepang sangat terasa disegala penjuru Odaiba. Mulai bangunan, jalan-jalan, fasilitas umum, pusat perbelanjaan dan pusat hiburan semua terkesan modern. Odaiba dan daratan Tokyo dihubungkan oleh jembatan besar “Rainbow Bridge”. Jembatan keren ini termasuk salah satu simbol Odaiba. Rainbow Bridge bisa dilalui segala jenis kendaraan darat, termasuk kereta monorail “Yurikamome” dengan tiket seharga 800 yen. Karena kereta ini berjalan otomatis tanpa pengemudi, maka begitu duduk di dalam kereta, dunia masa depan telah kita tapaki. Kala melintasi Rainbow Bridge disiang hari, mata kita bebas menikmati kesibukan kapal-kapal yang berlalu lalang di bawah jembatan. Sedangkan Rainbow Bridge di malam hari, menawarkan keromantisan. Kesan ini datang dari warna warni cahaya lampu kapal yang berjalan di atas air. Pemandangan dari Rainbow Bridge memang sangat menawan. Suasana yang sama juga bisa didapatkan dari kapal Sea-Bus. Kapal ini sengaja mengantarkan penumpangnya untuk menikmati pemandangan Odaiba dari atas laut. Termasuk menghampiri duplikat patung Liberty setinggi 11 meter berlatar belakang Rainbow Bridge dan kota Tokyo. Petang hari adalah waktu yang pas untuk bersantai di pantai Odaiba. Meski hanya pantai buatan dengan kata lain pantai rekayasa, pemandangannya cukup mengasikkan. Pengunjung bebas menikmati tenggelamnya matahari sembari menyantap makanan dan menyeruput minuman. Yang menarik, semua fasilitas di sini gratis termasuk fasilitas air minum dan toilet. Kala malam datang Odaiba makin ramai. Tak hanya dipantai, berbagai pusat hiburan modern yang tersebar di Odaiba penuh pengunjung. Sebut saja Palette Town, merupakan pusat hiburan terbesar Odaiba yang memiliki beragam fasilitas. Mulai dari game center, karaoke, biliyar, bowling dan lain-lain. Adapula bianglala raksasa yang menyala di malam hari. Menyala karena bianglala ini dipenuhi lampu neon berwarna-warni. Hobi shopping? Odaiba siap memanjakan Anda. Selain pusat perbelanjaan Tokyo Decks dan Aquacity, adapula Venus Fort. Yang menyediakan berbagai macam barang terutama pakaian dan aksesori. Bagi yang tidak suka belanja, Venus Fort tetap asyik dikunjungi. Sebab didalamnya, berderet toko-toko bergaya Eropa kuno. Baik desain interior maupun eksteriornya semuanya sangat Eropa. Bagi pecinta otomotif ada Mega Web. Sebuah arena pameran mobil-mobil Toyota yang pas untuk berfoto ria. Bahkan kita bisa bergaya dengan menaiki atau mencoba mengemudi mobil-mobil Toyota di “Ride One”. Sementara di “History Garage”, pengunjung disuguhi suasana kota dan mobil-mobil lawas dari tahun 50 hingga 70-an. Lengkapi pula kunjungan ke Odaiba dengan menengok ASIMO, robot milik Honda yang berada di National Museum of Emerging Science and Innovation. Atau datang ke stasiun TV Fuji Television. Stasiun televisi ini dengan ramah mempersilahkan pengunjungnya masuk ke dalam gedung untuk melihat suasana stasiun TV. Serta menikmati pemandangan Tokyo dari tenboudai (observatory) yang berbentuk bola raksasa unik. Jika beruntung kita juga bisa menikmati even yang digelar Fuji TV pada musim panas atau musim dingin selama 1-2 bulan berturut-turut. Odaiba memang menawan, keindahannya telah mempesona banyak orang. Jembatan, pantai, taman hiburan, studio TV, restoran, kafe, mall, replika patung Liberty bahkan Little Hongkong semua menyatu di sini. Pengunjung pun dibuat lupa bahwa Odaiba adalah daratan buatan manusia.
Kamakura, Kota Wisata Religi Di Timur Jepang
Luas areanya hanya 39.6 km persegi. Dulu pernah menjadi pusat pemerintahan militer pertama di Jepang. Juga sempat menjadi pusat kehidupan politik bagi wilayah timur Jepang. Kota ini dijuluki sebagai Kyoto Timur Jepang, karena pada beberapa bagian kota termasuk jalan, sangat mirip dengan Kyoto zaman dulu. Begitupula dengan namanya, sama-sama diawali huruf K, itulah Kamakura. Kota kecil yang kini lebih dikenal sebagai kota wisata karena menyimpan beragam candi, kuil serta monumen sejarah. Juga pantai dan bukit yang sangat pas untuk liburan musim panas. Kamakura berada di prefektur Kaganawa. Kota ini menyimpan banyak sejarah. Sebelum menjadi daerah rezim militer pertama di Jepang. Kamakura merupakan daerah kerajaan dan aristokrat. Rezim yang pernah berkuasa diantaranya Kamakura Bakufu pimpinan Minamoto no Yoritomo (1147-1199). Yoritomo pindahan dari kuil Tsurugaoka Hachimangu, sebuah daerah pusat Shinto di sekitar Kyoto. Proses pindah/perjalanan itu di sebut “Wakamiya Ooji”. Karena Kamakura tak terlalu luas, dalam sehari wisatawan dijamin puas menjelajahi berbagai sudut kota. Baik dengan berjalan kaki atau menyewa sepeda. Apalagi kalau jalan-jalannya pas di bulan April. Siapa pun bakal terpesona. Karena pada awal bulan ke empat ini, rata-rata tepian jalan Kamakura dipenuhi bunga sakura. Apalagi jalanan di Kamakura bukan jalan beraspal modern, melainkan jalan kuno. Konstruksinya dibangun oleh Minamoto no Yoritomo untuk sang istri Miyako, yang sedang hamil. Konon pada usia 36 tahun, pasangan ini telah dikaruniai 2 anak perempuan. Padahal aturan Kamakura Shogunate mengatakan, hanya anak laki-laki yang mampu meneruskan kesuksesan sang ayah. Untuk mewujudkan keinginan memiliki keturunan pria, pasangan Yorimoto mendirikan kuil (tahun 1182). Ternyata doa mereka mendapat jawaban. Di tahun yang sama si istri hamil dan melahirkan anak laki-laki bernama Yorii. Pada abad 18 Kamakura dipersiapkan sebagai pusat wisata. Kamakura pun terpilih sebagai kota pusat kuil, candi serta kota sejarah. Kamakura begitu tenang, atmosfir kehidupan di sana sangat identik dengan kehidupan kota kuno. Candi dan kuil merata di berbagai sudut kota. Selain untuk beribadah, pada abad ke 13 candi dan kuil juga berfungsi sebagai pusat kekuatan politik nasional. Zaman sekarang, banyak tempat ibadah di kunjungi karena keindahan bunganya. Sebut saja kuil Kechoji yang memiliki rangkaian sakura. Candi Zuisenji identik dengan Ume atau bunga aprikotnya, dan candi Meigetsuin dihiasi bunga semak. Selebihnya Kamakura terkenal karena memiliki patung perungggu “Great Buddha” dalam posisi Amida di pelataran Candi Kotokuin. Inilah simbol Kamakura sekaligus pusat wisata nasional Jepang. Patung Great Buddha setinggi 13 meter, dibangun pada abad ke 13. Menjadi patung terbesar kedua setelah patung Budha di Candi Todaiji Nara. Obyek wisata lainnya adalah obyek wisata nasional Shari-den di Candi Enkakuji Temple. Bangunan ini masih asli, dan terlihat berbeda dari yang lainnya. Adapula kuil Hachimangu, Kenchoji Temple, sebuah candi utama dari lima candi aliran Zen Kamakura menyusul empat candi aliran zen lainnya. Satu lagi yang populer bernama kuil Zeniarai Benten, tempat orang Jepang mensucikan uangnya. Saking banyaknya candi dan kuil di Kamakura, maka tepat Jika pemerintah Jepang memilih Kamakura sebagai kota wisata religi dan sejarah. Sebagai pelengkap, wisatawan harus mampir ke pantai Kamakura yang indah atau melakukan Hiking Trails di bukit Kamakura. Pasti perjalanan makin mengasikkan.
Ueno Park, Pusat Hiburan dan Sejarah
Siapa bilang Tokyo hanya menyuguhkan tempat wisata modern. Kota sibuk ini ternyata menyimpan beberapa objek wisata sejarah nan menenangkan. Sebut saja kuil tertua di Tokyo, Kuil Senso-ji atau Asakusa Kannon yang berdiri sejak tahun 628 masehi dan terletak di atas bukit Ueno. Pembangunan kuil di puncak bukit bertujuan untuk melindungi kekuatan shogunate. Ketika kekuasaan Tokugawa shogun menguat di Tokyo, mereka pun membangun bagian bawah kuil. Hal itu membuat wilayah Asakusa berfungsi ganda, sebagai pusat religi juga hiburan. Selepas ziarah, pengunjung dapat menikmati pemandangan sekitar bukit atau menyaksikan pagelaran Asakusa Rokku (bioskop). Pada tahun 1868, pemerintahan Jepang di tangan kekuasaan Edo memulai langkah baru dengan membentuk ibukota Jepang bernama Tokyo. Keberadaan bukit Ueno makin menyita perhatian publik. Di tahun 1873, bukit Ueno menjadi taman umum pertama di Jepang. Kini tak hanya kuil yang berdiri di bukit Ueno. Di sana terdapat beberapa bangunan seperti museum dan kebun binatang yang mengukuhkan Ueno sebagai pusat pendidikan sosial dan budaya. Ueno Park seakan menjadi saksi bisu perjalanan agama Buddha dan perkembangan kota Tokyo dari masa lampau hingga sekarang. Tiap musim, festival tradisional selalu hadir di sekitar Ueno Park. Begitu Sakura mekar, kemeriahan pun tak terhindarkan. Di awal musim panas, festival Asakusa Sanja dan Iriya Morning Glory menghibur penduduk Tokyo dan sekitarnya. Sedangkan festival Yanaka Chrysanthemum menghangatkan musim gugur. Akhir tahun pun tetap semarak dengan digelarnya Hogoita Expo. Bagi pecinta sejarah, Ueno Park menyimpan ribuan benda antik. Benda-benda itu tertata rapi dalam tiga museum. Mau tahu museum apa saja? Ayo kita kunjungi satu persatu! Tokyo National Museum/Tokyo Kokuritsu Hakubutsukan Tokyo National Museum atau Tokyo Kokuritsu Hakubutsukan merupakan museum tertua dan terbesar di Jepang. Koleksinya luar biasa, mencapai lebih dari 9.000 artefak. Begitu memasukinya, pengunjung seakan larut dalam atmosfer Jepang masa silam. Deretan koleksi kimono tua berwarna-warni, baju perang samurai, pedang pusaka kerajaan, kaligrafi, gerabah, ukir-ukiran dan semua benda seni khas Jepang dari 538 sebelum masehi hingga tahun 1192 tertata rapi dalam gedung utama (Honkan). Setelah Honkan terdapat Heiseikan Building. Di bagian ini, kehidupan 7.000 tahun silam tercermin melalui gerabah kuno yang dipajang. Jika beruntung, pengunjung bisa menyaksikan pameran spesial. Dari Heiseikan pengunjung dipersilahkan menapaki Toyokan Building yang memajang pasangan mumi asal Mesir serta beragam benda seni dan artefak dari penjuru Asia, Timur Tengah dan Cina. Juga ada beragam tenunan dari Indonesia, serta mahkota emas dari Korea. Dua bagian gedung lainnya adalah Horyuji Homotsukan, merupakan satu dari sekian banyak kuil terpenting di Jepang dan tidak untuk umum, melainkan hanya untuk menggelar upacara khusus. Terakhir adalah Hyokeikan Building yang juga tertutup bagi umum. Bangunan ini adalah peninggalan periode Meiji dan mengadopsi gaya arsitektur barat. The Tokyo Metropolitan Art Museum Koleksi yang dimiliki Tokyo Metropolitan Art Museum sangat lengkap, mulai dari lukisan cat, kaligrafi, gerabah hingga seni ukir. Inilah tempat bagi para seniman kontemporer Jepang untuk memamerkan karyanya. Museum yang memiliki enam galeri ini rutin menggelar pameran perorangan maupun kelompok yang terdiri dari lima seniman. The Tokyo Metropolitan Art Museum buka dari pukul 9 pagi hingga 5 sore. Pengunjung harus membeli tiket masuk dengan harga bervariasi sesuai dengan ajang yang sedang berlangsung dengan harga tertinggi sekitar 700 Yen. Jangan salah berkunjung, karena tiap Senin ketiga, lima dari enam galeri yang berada di museum ini tutup. The National Science Museum Dari namanya sudah bisa ditebak museum ini memamerkan benda yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. The National Science Museum terdiri dari tiga lantai. Ada gedung utama sekaligus berperan sebagai gedung selamat datang, gedung Midori-Kan (berwarna hijau) dan gedung baru (berwarna biru). Terdapat juga galeri interaktif agar pengunjung bisa bereksperimen dengan ilmu pengetahuan seperti berinteraksi dengan hewan-hewan prasejarah dari masa Cretaceous melalui game yang tersedia di Discovery Plaza dan Discovery Wood. Gedung utama di lantai satu memajang replika hewan prasejarah, mulai dari dinosaurus hingga Homo Erectus plus evolusinya. Onto atau lantai dua bertema natural penuh dengan Stella sea lion. Sedangkan di lantai tiga cenderung berkesan damai karena hanya memarkan tumbuhan lengkap dengan binatang khas Asia. Di sisi lain terdapat pula koleksi jam kuno lengkap dengan peralatan ekplorasi. Meteor Kokubunji yang jatuh di Jepang pada tahun 1986 pun dipajang di sini. Sesuai dengan fungsinya sebagai museum ilmu pengetahuan, The National Science Museum buka hingga dua jam setelah Matahari terbenam pada Sabtu pertama dan ketiga setiap bulan. Tujuannya agar pengunjung dapat melakukan observasi astronomi. Asyik bukan?
Kesennuma Kota Berlabuhnya Tuna Indonesia
Siapa sangka bila amisnya Tuna Indonesia menyebar hingga ke Kesennuma. Sebuah kota pelabuhan di ujung utara Jepang. Tak sampai di situ saja, ikan-ikan Tuna itu memboyong tradisi sekaligus ratusan nelayan negeri ini mengais rejeki di sana.
Kesennuma, sebagian besar masyarakatnya menjadi nelayan. Kesennuma juga menjadi pelabuhan nomor satu penghasil ikan Tuna di Jepang. Dari kota inilah kelezatan tuna Indonesia sampai ke meja restoran-restoran di penjuru negeri Samurai.
Maklum, ternyata sebagian besar Tuna yang dikonsumsi berasal dari perairan Bali melalui pelabuhan Kesennuma. Saking senangnya dengan Tuna produk kita, sampai-sampai sebuah festival di sana selama lima tahun terakhir selalu melibatkan unsur Indonesia. Khusus festival yang berlangsung Agustus tahun lalu menampilkan parade Barong Bali. Sebanyak 150 orang peserta berdandan khas Bali. Termasuk gadis-gadis Jepang tampil ala penari Bali lengkap dengan segala pernak-perniknya, termasuk gamelan, barong tiruan dll.
Sebagai kota pelabuhan Kesennuma sangat dekat dengan permukaan air laut. Titik tertingginya berada di 711,9 meter di atas permukaan air laut. Cuaca di Kesennuma bisa sangat bertolak belakang. Bayangkan pada musim dingin hawanya rata-rata 10 derajat Celcius, bahkan pernah mencapai -12 derajat Celcius pada 17 Februari 1980. Sementara di musim panas, suhu udara Kesenmuma berkisar di atas 30 derajat. Luas areanya hanya 225.81 km² dengan populasi sekitar 68.000 jiwa.
Tak banyak Objek wisata yang ditawarkan Kesennuma, karena kota ini memang murni sebagai tempat berlabuhnya ikan Tuna dari lautan Pasifik termasuk Indonesia. Yang menarik di Kesennuma, ketika menginjakkan kaki di sini selain kita menjumpai banyak seagull juga bertemu dengan orang-orang Indonesia. Pasalnya di antara nelayan-nelayan lokal terdapat ratusan nelayan asal Indonesia. Jika berminat datang ke Kesennuma, nikmati saja angin sepoi musim panasnya tepat di bulan di Agustus. Di antara hembusan angin laut itu kita dapat bergabung dalam suka cita masyarakat setempat dalam Festival Pelabuhan atau biasa disebut Minato Matsuri. Dalam festival inilah salah satu budaya Indonesia senantiasa diikut sertakan sebagai bentuk persahabatan dua negara sekaligus ungkapan terima kasih karena Tuna Indonesia sampai ke pelabuhan Kesennuma. Tepat pada 19 Agustus 2008 mendatang, persahabatan dua negara akan dirayakan besar-besaran. Kenapa? karena persahabatan sudah menginjak usia ke-50 tahun. Sebuah usia yang cukup lama untuk sebuah jalinan persahabatan. Dari Tuna, Indonesia - Kesennuma melebur dalam tradisi.