23 November 2008

akhlak terhadap lingkungan,agama dan lingkungan,isi makalah lingkungan dan agama

c. Akhlak terhadap lingkungan
 oleh: bagus af
Yang dimaksud lingkungan di sini adalah  segala  sesuatu  yang
berada  di  sekitar  manusia,  baik binatang, tumbuh-tumbuhan,
maupun benda-benda tak bernyawa.
 
Pada  dasarnya,  akhlak  yang  diajarkan   Al-Quran   terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
 
Kekhalifahan  menuntut  adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam.  Kekhalifahan  mengandung
arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap
makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
 
Dalam  pandangan  akhlak  Islam,  seseorang  tidak  dibenarkan
mengambil  buah  sebelum  matang,  atau  memetik bunga sebelum
mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan  kepada
makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
 
Ini   berarti   manusia   dituntut   untuk  mampu  menghormati
proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua  proses
yang   sedang  terjadi.  Yang  demikian  mengantarkan  manusia
bertanggung jawab,  sehingga  ia  tidak  melakukan  perusakan,
bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan
harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri."
 
Binatang, tumbuhan,  dan  benda-benda  tak  bernyawa  semuanya
diciptakan  oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya, serta semua
memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan
sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan
yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
 
Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am  (6):  38  ditegaskan
bahwa  binatang  melata  dan  burung-burung  pun  adalah  umat
seperti manusia  juga,  sehingga  semuanya  --seperti  ditulis
Al-Qurthubi  (W.  671  H)  di  dalam  tafsirnya-- "Tidak boleh
diperlakukan secara aniaya."
 
Jangankan dalam masa damai, dalam saat peperangan pun terdapat
petunjuk   Al-Quran   yang  melarang  melakukan  penganiayaan.
Jangankan terhadap manusia dan binatang, bahkan mencabut  atau
menebang  pepohonan  pun  terlarang,  kecuali  kalau terpaksa,
tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam  arti  harus  sejalan
dengan   tujuan-tujuan   penciptaan   dan   demi  kemaslahatan
terbesar.
 
     Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau
     kamu biarkan tumbuh, berdiri di atas pokoknya, maka
     itu semua adalah atas izin Allah ... (QS Al-Hasyr
     [59]: 5).
 
Bahwa semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada
kesadaran  bahwa  apa  pun  yang  berada  di  dalam  genggaman
tangannya,   tidak   lain   kecuali    amanat    yang    harus
dipertanggungjawabkan. "Setiap jengkal tanah yang terhampar di
bumi, setiap angin sepoi yang berhembus di udara,  dan  setiap
tetes   hujan   yang  tercurah  dari  langit  akan  dimintakan
pertanggungjawaban   manusia   menyangkut   pemeliharaan   dan
pemanfatannya",   demikian   kandungan  penjelasan  Nabi  Saw.
tentang firman-Nya dalam Al-Quran surat At-Takatsur  (102):  8
yang   berbunyi,  "Kamu  sekalian  pasti  akan  diminta  untuk
mempertanggungjawabkan nikmat  (yang  kamu  peroleh)."  Dengan
demikian  bukan  saja  dituntut  agar  tidak  alpa  dan angkuh
terhadap sumber daya yang dimilikinya, melainkan juga dituntut
untuk  memperhatikan  apa  yang  sebenarnya  dikehendaki  oleh
Pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar manusia.
 
     Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang
     berada di antara keduanya, kecuali dengan (tujuan)
     yang hak dan pada waktu yang ditentukan (QS Al-Ahqaf
     [46]: 3).
 
Pernyataan Tuhan ini mengundang seluruh  manusia  untuk  tidak
hanya  memikirkan  kepentingan  diri  sendiri,  kelompok, atau
bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga harus  berpikir  dan
bersikap   demi  kemaslahatan  semua  pihak.  Ia  tidak  boleh
bersikap sebagai penakluk alam  atau  berlaku  sewenang-wenang
terhadapnya.  Memang,  istilah  penaklukan  alam tidak dikenal
dalam ajaran Islam. Istilah itu muncul  dari  pandangan  mitos
Yunani  yang  beranggapan  bahwa  benda-benda  alam  merupakan
dewa-dewa yang memusuhi manusia sehingga harus ditaklukkan.
 
Yang menundukkan alam menurut Al-Quran adalah  Allah.  Manusia
tidak sedikit pun mempunyai kemampuan kecuali berkat kemampuan
yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
 
     Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah
     bagi kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai
     kemampuan untuk itu (QS Az-Zukhruf [43]: 13)
 
Jika  demikian,  manusia  tidak  mencari  kemenangan,   tetapi
keselarasan   dengan   alam.  Keduanya  tunduk  kepada  Allah,
sehingga mereka harus dapat bersahabat.
 
Al-Quran menekankan agar umat Islam meneladani  Nabi  Muhammad
Saw.  yang membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu).
Untuk  menyebarkan  rahmat  itu,  Nabi  Muhammad  Saw.  bahkan
memberi  nama  semua  yang menjadi milik pribadinya, sekalipun
benda-benda itu tak bernyawa. "Nama" memberikan  kesan  adanya
kepribadian, sedangkan kesan itu mengantarkan kepada kesadaran
untuk bersahabat dengan pemilik nama.
 
Sebelum  Eropa  mengenal  Organisasi  Pencinta  Binatang  Nabi
Muhammad Saw. telah mengajarkan,
 
     Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap
     binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik.
 
Di samping prinsip kekhalifahan yang disebutkan di atas, masih
ada lagi prinsip taskhir, yang berarti penundukan. Namun dapat
juga berarti "perendahan". Firman Allah yang menggunakan  akar
kata itu dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11 adalah
 
     Janganlah ada satu kaum yang merendahkan kaum yang
     lain.
 
     Dan Dia (Allah) menundukkan untuk kamu; semua yang
     ada di langit dan di bumi semuanya (sebagai rahmat)
     dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13).
 
Ini berarti bahwa alam  raya  telah  ditundukkan  Allah  untuk
manusia.  Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Namun pada saat yang sama,  manusia  tidak  boleh  tunduk  dan
merendahkan  diri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan
Allah untuknya, berapa pun harga  benda-benda  itu.  Ia  tidak
boleh   diperbudak   oleh  benda-benda  itu.  Ia  tidak  boleh
diperbudak    oleh    benda-benda    sehingga     mengorbankan
kepentingannya  sendiri.  Manusia dalam hal ini dituntut untuk
selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun  asalkan
yang   diraihnya   serta  cara  meraihnya  tidak  mengorbankan
kepentingannya di akhirat kelak.
 
                              ***
 
Akhirnya kita dapat mengakhiri uraian  ini  dengan  menyatakan
bahwa  keberagamaan  seseorang  diukur  dari  akhlaknya.  Nabi
bersabda,
 
     Agama adalah hubungan interaksi yang baik.
 
Beliau juga bersabda:
 
     Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan
     (amal) seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi
     akhlak yang luhur (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).[]
 
----------------
aaa

12 November 2008

WELCOME


SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA TRIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG SAYA

DELAPAN JENIS AFIKS

“Analisis Afiks Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris”

Deny Arnos Kwary

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan jenis afiks secara komprehensif melalui analisis afiks dalam tiga bahasa, yaitu: bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia. Data jenis afiks diambil dari beberapa buku linguistik umum dan morfologi. Data ini kemudian dilengkapi dengan analisis kata berafiks yang ada dalam kamus setiap bahasa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan pembagian jenis afiks yang lebih lengkap, yaitu delapan jenis afiks. Kedelapan jenis afiks ini adalah: prefiks, sufiks, infiks, konfiks, interfiks, simulfiks, superfiks, dan transfiks. Dari delapan jenis afiks ini, bahasa Indonesia memiliki jumlah afiks terbanyak, yaitu lima jenis afiks. Sedangkan bahasa Inggris dan bahasa Arab masing-masing memiliki empat jenis afiks.

Kata kunci: morfologi, afiks, prefiks, sufiks, infiks, konfiks, interfiks, simulfiks, superfiks, dan transfiks.

I. Pendahuluan

Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Fromkin dan Rodman, 1998:519). Pembahasan mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi. Namun demikian, pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh terbatasnya jenis afiks dari bahasa yang dianalisis atau belum adanya analisis yang lebih mendalam mengenai afiks.

Analisis afiks dalam artikel ini akan dibatasi pada tiga bahasa, yaitu: bahasa Arab, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Penulis memilih bahasa Arab karena bahasa ini memiliki afiks yang unik yang disebut transfiks (Bauer 1988: 24). Bahasa Indonesia dipilih karena jumlah afiksnya yang cukup banyak. Sedangkan bahasa Inggris dipilih karena jumlah afiksnya yang dianggap hanya dua (prefiks dan sufiks) serta adanya kerancuan klasifikasi infiks (Katamba, 1994: 44-45). Dalam hal ini, penulis berusaha mencari jenis afiks yang lain dan menjelaskan lebih lengkap mengenai fenomena infiks tersebut.

Dalam menganalisis jenis afiks dari ketiga bahasa ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Dalam hal ini, penulis mendeskripsikan jenis-jenis afiks yang ada dalam ketiga bahasa yang diteliti. Dalam mengumpulkan data, pertama-tama penulis mencatat jenis-jenis afiks dan definisinya dari buku linguistik umum dan morfologi. Selanjutnya penulis mencari contoh-contoh kata yang berafiks di setiap kamus besar dari ketiga bahasa ini. Penulis juga berusaha mencari kata yang nampaknya berafiks tetapi jenis afiksnya belum pernah diidentifikasi.

II. Tinjauan Kepustakaan

Para ahli linguistik membagi afiks dalam jenis yang berbeda-beda. Matthews (1997:11) menyebutkan lima jenis afiks, yaitu: prefiks, sufiks, infiks, sirkumfiks, dan superfiks. Secara umum, Katamba (1993:44) menyebutkan tiga jenis afiks, yaitu: prefiks, sufiks, dan infiks. Khusus untuk bahasa Inggris, Katamba (1993:89) mengelompokkan afiks berdasarkan perilaku fonologisnya, yaitu afiks non-netral dan afiks netral. Fromkin dan Rodman (1998:71-73) menyebutkan empat jenis afiks, yaitu: prefiks, sufiks, infiks, dan sirkumfiks. Alwi dll (1988:31) menyebutkan ada empat jenis afiks dalam bahasa Indonesia, yaitu: prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks.

Pengelompokan afiks yang cukup menyeluruh disebutkan oleh Kridalaksana dll (1985) dan Bauer (1988). Kridalaksana dll (1985:19-21) menyebutkan enam jenis afiks, yaitu: prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, dan superfiks. Bauer (1988: 19-29) membedakan tujuh jenis afiks yang terdiri atas enam afiks segmental, yaitu: sufiks, prefiks, sirkumfiks, infiks, interfiks, dan transfiks; dan satu afiks suprasegmental, yang diistilahkan superfiks atau simulfiks.

Penulis mengumpulkan contoh-contoh kata berafiks dari dua kelompok sumber. Pertama dari buku-buku morfologi dan linguistik umum. Kedua dari kamus umum setiap bahasa tersebut. Untuk bahasa Arab penulis menggunakan kamus Al-‘Ashri (Ali dan Muhdar, 1996), untuk bahasa Indonesia digunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga (Alwi ed, 2001), dan untuk bahasa Inggris digunakan kamus Webster’s New World College Dictionary Fourth Edition (Agnes ed, 2001). Ketiga kamus ini dipilih karena isinya yang memuat jumlah lema yang cukup banyak dan penggunaannya yang dianggap cukup meluas. Khusus kamus bahasa Inggris di atas, penulis memilihnya karena dalam kamus tersebut ada informasi proses pembentukan kata dari lema tertentu.

III. Analisis Data

Dari tiga bahasa yang dianalisis di sini, penulis menemukan sembilan jenis afiks, yaitu: prefiks, infiks, sufiks, sirkumfiks (konfiks), trifiks, interfiks, simulfiks, superfiks, dan transfiks. Penjelasan dan contoh setiap afiks dari ketiga bahasa ini adalah sebagai berikut:

1. Prefiks

Prefiks disebut juga awalan. Prefiks adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar (Alwi dll, 1998: 31). Istilah ini berasal dari bahasa Latin praefixus yang berarti melekat (fixus, figere) sebelum sesuatu (prae). Ketiga bahasa yang dianalisis di sini semuanya memiliki prefiks.

Contoh:

Bahasa Arab: s-g-l ‘sibuk’ + a- à asyghal ‘menyibukkan.’

Bahasa Inggris: tangible ‘kasat mata’ + in- à intangible ‘tidak kasat mata’

Bahasa Indonesia: ajar + meng- à mengajar

2. Sufiks

Sufiks atau akhiran adalah afiks yang digunakan di bagian belakang kata (Alwi dll, 1998:31). Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere) di bawah (sub[1]) . Ketiga bahasa yang dianalisis di sini semuanya memiliki sufiks.

Contoh:

Bahasa Arab: b-sy-r ‘manuasia’ + -i à basyari ‘manusiawi’

Bahasa Inggris: amaze ‘kagum’ + -ment à amazement ‘kekaguman’

Bahasa Indonesia: beli + -kan à belikan

3. Infiks

Infiks atau sisipan adalah afiks yang diselipkan di tengah kata dasar (Alwi dll, 1998:32). Dalam bahasa Latinnya adalah infixus yang berarti melekat (fixus, figere) di dalam (in). Bahasa Arab tidak memiliki infiks. Bahasa Indonesia memiliki beberapa infiks, salah satunya adalah infiks –em- dalam kata gemetar (dari kata getar). Dalam bahasa Inggris, beberapa ahli bahasa menyebutkan adanya infiks dalam situasi tertentu. Yule (1994) menyebutkan infiks bloody untuk ungkapan emosi, contohnya Hallebloodyluyah! (dari kata Halleluyah). Katamba (1994: 44-45) menyebutkan bahwa infiks hanya ada dalam bahasa Inggris kontemporer yang mungkin tidak digunakan dalam kondisi yang sopan, contoh: in-fuckin-stantiate. Menurut pendapat penulis, satu kata (yang mungkin memiliki lebih dari satu morfem[2]) tidak seharusnya dimasukkan dalam kategori afiks, karena afiks adalah morfem terikat. Oleh sebab itu, menurut penulis, bahasa Inggris tidak memiliki infiks.

4. Konfiks

Konfiks disebut juga ambifiks atau sirkumfix. Secara etimologis dari bahasa Latin, ketiga istilah ini memiliki kesamaan arti. Kon- berasal dari kata confero yang berarti secara bersamaan (bring together), ambi- berasal dari kata ambo yang berarti kedua-duanya (both), dan sirkum- berasal dari kata circumdo yang berarti ditaruh disekeliling (put around) (Gummere dan Horn, 1955). Menurut Alwi dll (1198:32) konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan dan secara serentak diimbuhkan. Bahasa Arab dan bahasa Inggris memiliki kata yang dibentuk dengan prefiks dan sufiks.

Contoh:

Bahasa Arab: dh-r-b ‘memukul’+ ma- dan -un à madharabun ‘tempat memukul’

Bahasa Inggris: accept ‘menerima’ + un- dan -able à unacceptable ‘tidak berterima’

Akan tetapi, contoh tersebut hanya merupakan kombinasi afiks, bukan konfiks karena tidak secara serentak diimbuhkan. Dalam bahasa Arab, ada kata madharab dan dalam bahasa Inggris ada kata acceptable. Konfiks dapat ditemukan dalam bahasa Indonesia, contohnya kata kelaparan (dari kata lapar). Konfiks ke-…-an diimbuhkan secara serentak (tidak ada kata kelapar atau laparan). Kridalaksana dll (1985:20) menyebutkan ada empat konfiks dalam bahasa Indonesia, yaitu: ke-…-an, peN-…-an, per-…-an, dan ber-…-an.

5. Interfiks

Bauer(1988: 23-24) menyebut interfiks sebagai afiks yang muncul di antara dua elemen yang membentuk kata majemuk. Kata interfiks berasal dari bahasa Latin inter yang berarti berada di antara, dan fixus yang berarti melekat. Dengan demikian, dapat dibedakan dengan infiks yang berarti melekat di dalam. Contoh interfiks dapat dilihat dalam bahasa Arab. Interfiks -ul- muncul di antara kata birr dan walad, sehingga menjadi birr-ul-walad ‘bakti anak’. Penulis tidak menemukan interfiks dalam bahasa Indonesia. Untuk bahasa Inggris, penulis berpendapat bahwa bahasa Inggris dapat dianggap memiliki interfiks karena pengaruh bahasa Latin. Contohnya interfiks -o- dalam kata morphology. Morph dan logy memiliki lema tersendiri dalam kamus Webster’s New World. Gabungan kedua kata ini memerlukan interfiks -o- sehingga gabungannya bukan morphlogy melainkan morphology[3]. Istilah morfologi dalam bahasa Indonesia tidak dapat dianggap memiliki interfiks -o- karena hanya kata morf yang ada dalam lema KBBI, tidak ada lema logi.

6. Simulfiks

Definisi simulfiks dapat dilihat dari asal katanya dalam bahasa Latin simulatus ‘bersamaan, membentuk’ dan fixus ‘melekat’. Menurut Kridalaksana dll (1985: 20), simulfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar. Simulfiks masih dianggap hanya terdapat dalam bahasa Indonesia tidak baku, contoh: kopi à ngopi. Bahasa Arab dan bahasa Inggris tidak memiliki simulfiks.

7. Superfiks

Superfiks atau suprafiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental (Kridalaksana dll, 1985: 21). Bauer (1988:29) menyamakan istilah superfiks dengan simulfiks. Dari asal kata bahasa Latin, supra berarti di atas (above) atau di luar (beyond), sedangkan simulatus berarti bersamaan. Dari contoh suprafiks dalam bahasa Inggris, ‘discount (n) à dis’count (v), dapat kita lihat bahwa suprafiks berada pada tataran suprasegmental sehingga istilah suprafiks lebih tepat dari pada simulfiks. Bahasa Arab dan bahasa Indonesia tidak memiliki suprafiks.

8. Transfiks

Transfiks adalah afiks yang muncul dikeseluruhan dasar (throughout the base). Dalam bahasa Latin trans berarti disepanjang (across) atau di atas (over). Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris tidak memiliki transfiks. Afiks yang termasuk transfiks dapat ditemukan dalam bahasa Arab. Contohnya transfiks a-a-a:

f-r-h ‘senang’ + a-a-a à farraha ‘menyenangkan’

m-d-d ‘memanjangkan’ + a-a-a à maddada ‘memanjang-manjangkan’

k-f-r ‘mengkafiri’ + a-a-a à kaffara ‘menisbatkan kekafiran’

IV. Kesimpulan

Dari pembahasan jenis afiks di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam bahasa Inggris, ada empat afiks, yaitu: prefiks, sufiks, interfiks, dan superfiks; dalam bahasa Indonesia ada lima afiks, yaitu: prefiks, sufiks, infiks, konfiks, dan simulfiks; dan dalam bahasa Arab ada empat afiks, yaitu: prefiks, sufiks, interfiks dan transfiks.

PUSTAKA ACUAN

Agnes, Michael (Ed). 2001 (1999). Webster’s New World College Dictionary (Edisi ke-4). Cleveland: IDG Books Worldwide, Inc.

Ali, Attabik dan Ahmad Zuhdi Muhdar. 1996. Kamus Al-‘Ashri. Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum.

Alwi, Hasan dll. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi ke-3). Jakarta: Balai Pustaka.

Alwi, Hasan (Ed). 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3). Jakarta: Balai Pustaka.

Bauer, Laurie. 1988. Introducing Linguistic Morphology. Edinburgh: Edinburgh University Press.

Fromkin, Victoria dan Robert Rodman. 1998. An Introduction to Language (Edisi ke-6). Orlando: Harcourt Brace College Publishers.

Gummere, John Flagg dan Annabel Horn. 1955. Using Latin. Chicago: Scott, Foresman and Company.

Katamba, Francis. 1994 (1993). Modern Linguistics: Morphology. London: The Macmillan Press Ltd.

Kridalaksana, Harimurti dll. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Matthews, Peter. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford: Oxford University Press.

Yule, George. 1994. The Study of Language. Cambridge University Press.


[1] Dalam bahasa Latin, sub- menjadi suc- sebelum c; suf- sebelum f; sug- sebelum g; sum- sebelum m; sup- sebelum p; sur- sebelum r; dan sering juga, sus- sebelum c, p, atau t. Dalam konteks di atas, sub menjadi suf karena pengaruh bunyi f.

[2] Kata bloody terdiri atas dua morfem: blood dan –y. Kata funkin’ juga memiliki dua morfem: fuck dan -ing.

[3] Bedakan dengan kata archeology yang dibentuk dari kata archeo dan logy, sehingga tidak ada interfiks -o-.

03 November 2008

segitiga baramuda

Warnai masa depan Wikipedia dengan mengambil bagian dalam survei global kami.
Segitiga Bermuda
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Peta dari Segitiga Bermuda

Segitiga Bermuda (bahasa Inggris: Bermuda Triangle), terkadang disebut juga Segitiga Setan adalah sebuah wilayah lautan di Samudra Atlantik seluas 1,5 juta mil2 atau 4 juta km2 yang membentuk garis segitiga antara Bermuda, wilayah teritorial Britania Raya sebagai titik di sebelah utara, Puerto Riko, teritorial Amerika Serikat sebagai titik di sebelah selatan dan Miami, negara bagian Florida, Amerika Serikat sebagai titik di sebelah barat.

Segitiga bermuda sangat misterius. Sering ada isu paranormal di daerah tersebut yang menyatakan alasan dari peristiwa hilangnya kapal yang melintas. Ada pula yang mengatakan bahwa sudah menjadi gejala alam bahwa tidak boleh melintasi wilayah tersebut. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa itu semua akibat ulah makhluk luar angkasa